Di pelajaran Geografi Sekolah Dasar diajarkan, bila bumi memiliki banyak lapisan tanah, diantara lapisan tersebut ada sumber mata air yang jernih. Bila air tersebut diambil secara berlebihan, maka lapisan tanah diatasnya akan turun, demikian pula dengan tanah yang di permukaan akan ambles. Eksploitasi air dalam perut bumi biasanya dilakukan dengan cara mengebor, ini seperti sudah menjadi tren di kalangan masyarakat, ketika menggali sumur tidak kunjung menemukan sumber mata air.
Idealnya, menanam pohon menjadi solusi manakala air mulai sulit ditemukan sebab pohon akan menampung banyak air setelah musim hujan tiba. Sialnya, manusia begitu rakus, banyak pepohonan ditebang tanpa mempedulikan dampaknya di masa depan. Hutan digundulo, air dalam tanah dieksploitasi dengan sumur bor. Kelak, manusia akan sadar dengan pelajaran Geograsi Sekolah Dasar, bahwa keseimbangan itu penting.
Peneliti dari Universitas Indonesia Syamsu Rosid yang dilakukannya medio 2014-2018, ditemukan telah terjadi penurunan permukaan tanah di DKI sekian centi meter tiap tahunnya. Bila melihat di youtube, terlihat jelas vidio permukaan laut yang lebih tinggi daripada daratan, sehingga sepanjang bibir pantai harus ditembok agar air laut tidak tumpah, itu sangat mengerikan, bukan tidak mungkin sekian tahun lagi Jakarta akan tenggelam.
Tirto.id merilis berita pada 19 Desember 2019. Bahwa lebih dari 17.000 mil persegi di 45 negara bagian USA telah mengalami kasus tanah amblas. Hasil penelitian Geologi Amerika US Geological Survey mengkonfirmasi bahwa 80% kasus ini disebabkan oleh eksploitasi air bawah tanah. Bayangkan, ketika daratan mulai mengecil karena laut kian tinggi, gunung-gunung dihancurkan untuk diambil batunya untuk dijadikan semen. Ketika bencana datang, gunung tidak bisa menjadi penghalang dan kehancuran akan lebih luas.
Semalam, di salah satu group WhatsApp membicarakan sejumlah daerah yang mengalami kekeringan di Kabupaten Jember. Dan, mereka meminta solusi berupa sumur bor, tren eksploitasi air dalam perut bumi ini akan menjadi menakutkan untuk masa depan. Dan, tidak jauh dari lokasi pengeboran, sumur-sumur warga akan kian menyusut airnya, sehingga perlu penggalian lebih dalam lagi agar sumber air keluar. Bila mengambil solusi ngebor kembali, maka kekeringan akan kian meluas.
Agar air tersedia, perlu kesadaran bersama untuk melakukan reboisasi, selain menjaga ketersediaan air, juga memberikan kesejukan sebab udara yang kotor karena terlalu banyak asap kendaraan dan pabrik akan terurai oleh pepohonan. Paling tidak, tiap rumah harus ada pepohonan sekitarnya meski bukan pohon besar, ukuran sedang tidak apa-apa. Bayangkan bila ini dilakukan serentak se Kabupaten Jember, 3 tahun lagi kota ini akan menghijau, insyaallah kesulitan air akan teratasi.
Penulis: Robith Fahmi
Penikmat Kopi