Notification

×

Iklan

Iklan

Bersyukur itu Menenangkan

Minggu, Juni 02, 2024 | Juni 02, 2024 WIB Last Updated 2024-06-02T11:22:23Z

 

Sketsa penulis: Robith Fahmi

Manusia itu katanya makhluk paling buas di muka bumi, raja hutan hanya makan hewan lainnya. Tapi manusia, bukan hanya kanibal sebagaimana Sumanto, semuanya dimakan. Manusia juga cenderung ambisius, tidak pernah puas dengan apa yang didapatkan, kurang dan terus kurang meski apa yang telah didapatkannya tidak akan habis untuk dimakan sampai akhir hidupnya.


Beruntung islam menawarkan konsep bersyukur, agar manusia tidak lagi buas dan penuh nafsu, mengurangi sifat ambisiusnya, mendorong hatinya untuk menerima semua yang telah diberikan tuhan kapadanya. Dengan demikian, manusia akan mengalami ketenangan dalam menjalani kehidupan, tidak selalu dikejar oleh duniawi.

Mereka yang sulit untuk bersyukur, hidupnya tidak akan tenang, hatinya akan penuh dengan rasa benci terhadap orang yang melebihinya. Nafsu akan terus mendorongnya kian jauh dengan tuhan, sifat hewannya akan membawanya menjadi buas dan tidak pernah puas, segala cara akan dilakukan demi ambisinya yang tidak pernah usai.

Gus Baha' pernah melempar candaan yang maknanya begitu dalam "Kenapa untuk bersyukur harus menunggu kaya? Untuk bersyukur saja sulitnya luar biasa. Padahal makan tidak akan sampai menghabiskan sekian piring, habis satu piring saja itu sudah kenyang". Sekaya apapun manusia, mereka tidak akan makan satu truck nasi sekaligus atau meminum es paling enak sekolam sekaligus, mereka akan tetap sama dengan manusia lainnya.

Bila menuruti nafsu tidak akan pernah habisnya, bersyukur adalah kuncinya. Sebab nafsu itu ibarat anak kecil, semakin diladenin akan semakin merengek. Oleh sebab itu, perlu diredam dan ditenangkan dengan bersyukur, bacaan istighfar juga terbukti ampuh untuk melunakkan hati yang sudah keras dan membatu.

Robith Fahmi
Penikmat Kopi Hitam
×
Berita Terbaru Update