Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Analisa Pertarungan Pilpres 2024

Minggu, Mei 23, 2021 | Mei 23, 2021 WIB Last Updated 2021-05-23T04:08:16Z
Caption: Saat masih menjadi Senat Mahasiswa di kampus UIN Malang


Lembaga survei beberapa kali melakukan survei popularitas, siapa saja nama-nama yang berpeluang maju menjadi Capres dan Cawapres tahun 2024. Ketika lembaga survei berjalan, maka menjadi tanda tanya besar, siapa yang berkepentingan. Artinya, ketika lembaga survei sudah menjalankan aktivitasnya berarti mesin politik sudah siap dipanaskan, para ketua geng mulai memetakan, politisi-politisi sudah mulai melakukan menuver-manuver. Dan, kelompok-kelompok besar bersiap jualan omongan.


Hasil survei Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC) menempatkan nama Anies Baswedan sebagai kandidat yang berpeluang, Gubernur DKI ini menempati urutan nomer 1 mengalahkan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang juga orang nomer 1 di Gerindra. Nomer 3 ada Ganjar Pranowo, selanjutnya Sandiaga Uno, Ridwan Kamil, Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY, Tri Rismaharini, Airlangga Hartarto, Puan Maharani, Khofifah Indar Parawansa, Erick Thohir, Said Aqil Siroj, Tito Karnavian, Ma'ruf Amin, Bambang Soesatyo, Muhaimin Iskandar.

Hasil survei ini bisa berubah, mengingat Pilpres masih lumayan lama dan dinamika politik terus berkembang. Tapi, sejauh ini nama-nama yang akan maju ke gelanggang sudah mulai beraksi, pertama adalah Prabowo - Puan Maharani. Dua nama tokoh politik ini sepertinya akan berpasangan di Pilpres mendatang sebab media-media ternama sudah memberitakannya bolak balik, bukan sekedar isu belaka. Bahkan, Puan sudah membentuk Tim di daerah-daerah, kalau tidak salah sebutannya Lari Bersama Puan Maharani. Tidak hanya itu saja, trah biologis Bung Karno dari Megawati ini sudah memesan lembaga survei untuk melakukan survei popularitas.

Dilihat dari sisi Partai Politik sudah jelas, Gerindra kawin dengan PDIP lebih dari cukup kursinya untuk mengusung Capres-Cawapres. Bahkan, Puan Maharani sudah lebih rajin turun ke akar rumput untuk mendongkrak popularitasnya. Prabowo sendiri, posisinya di Menhan dan beberapa kali nyapres sudah lebih dari cukup mendongkrak popularitasnya. Makanya, meski prestasinya di Menhan belum terlihat tapi hasil survei menempatkan namanya di urutan nomer 2. Peluangnya bisa jadi atau tidak, yang pasti pemilih setianya di pemilu 2014 dan 2019 kemungkinan masih ada.

Selanjutnya Anis Baswedan. Mantan Rektor ini sepertinya menjalin komunikasi intens dengan Ketua Umum Nasdem. Bahkan, ketika Nasdem menggelar Munas, Anies diundang secara khusus dan memberikan sambutan. Akibatnya, desas desus Nasdem mendapat jatah kursi sedikit membuat bos MetroTV itu silaturrohmi ke petinggi PKS kala itu. Seolah memberikan sinyal ancaman bila partainya dipandang sebelah mata maka akan memposisikan diri sebagai Oposisi. Meski jatah kursi sesuai harapan, sepertinya keharmonisan Nasdem dan Partai Pengusung Jokowi lainnya mulai retak. Makanya, Nasdem di perpolitikan Nasional seolah memposisikan diri di tengah dan lebih banyak diam.

Lantas dengan siapa Anis akan berpasangan? Sepertinya kebanggan SBY akan mendampinginya, AHY akan menjadi pasangan ideal untuk Anies Baswedan. Bisakah Nasdem dengan Demokrat? Kedua petinggi parpol ini sepertinya menjalin komunikasi baik meski senyap agar posisi Nadem aman yang saat ini berada di kubu pemerintah. Kita semua tau kemaren saat ada drama Kudeta Demokrat oleh terduga Moeldoko. Surya Paloh sebagai kubu pemerintah yang pertama kali menyampaikan pembelaannya, ini adalah sinyal bahwa Anies Baswedan - Agus Harimurti Yudoyono bakal menjadi lawan berat Prabowo - Puan Maharani.

Setelah kedua calon ini, siapa lagi yang berpotensi menjadi penantang? Sebelumnya kita perlu melihat posisi Jokowi, sebagai presiden bila nanti jabatannya sudah selesai maka arah politiknya harus dipertimbangkan. Namun, sepertinya langkah kaki mantan Walikota Solo ini sudah mulai terlihat, sebagai Presiden 2 periode yang diusung PDIP, tentu Jokowi sudah menimbang dengan seksama apalagi Puan Maharani akan maju, tidak mungkin bila dia berharap ke PDIP untuk menentukan nama apalagi ia hanya petugas partai bukan kader asli partai. Beberapa waktu lalu, ramai kabar Erick Thohir bergerilya, sehingga disindir oleh salah satu politisi akan maju sebagai Capres. Dan, sepertinya Erick Thohir mendapat restu dari Jokowi, tinggal pasangannya.

Desas desusnya, Khofifah akan menjadi bidikan mendampingi sebagai representasi NU. Makanya, meski hanya sebatas kabar angin namun menjadi keuntungan sendiri bagi Emil Dardak yang sepertinya sudah ngebet untuk menjadi Cagub. Sebagai mantan bupati Trenggalek, Emil memiliki suara dan popularitas yang baik di daerah Matraman. Makanya, kesempatan tersebut ditangkap dengan baik oleh politisi Gerindra Gus Fawaid dengan melebarkan sayap Laskar Sholawat hingga ke Tapal Kuda. Dengan demikian, bisa menjadi daya jualnya agar dilirik oleh Emil Dardak untuk mendampinginya sebagai Cagub-Cawagub. Kabarnya, keduanya sudah mulai romantis sering jalan bareng.

Kenapa Khofifah Indar Prawansa ? Selain Jatim lumbung suara tentu alasan utamanya adalah representasi NU. Selain itu, Khofifah masih berbau PKB meski berbaju PPP karena NU rata-rata memilih PKB sebagai tempat beraktualisasi. Kalaupun bukan Khofifah, maka Muhaimin Iskandar berpeluang meski kecil sebab walaupun berjuluk Panglima Santri, bila disandingkan dengan Erick Thohir kurang cocok.

Lalu, bagaimana dengan Giring Niji bersama PSI? Sebaiknya hal tersebut tanyakan ke Grece Nataly, kapan mau shoting FTV ?

Robith Fahmi
×
Berita Terbaru Update