Saat bertamu ke rumah Mbah Dimyati, terlihat sesajen di atas meja dan kondisi rumahnya yang memperihatinkan. |
Kemaren malam, Selasa 2 Februari 2021, saya diajak teman untuk observasi rumah warga yang hidup sebatangkara dengan kondisi rumah memperihatinkan. Teman saya ini, ketua Komunitas Berita Balung (BB)--namanya Mazdar, sebelumnya ditunjukkan vidio rumah Mbah Dimyati, warga Desa Sumberejo yang akan diobservasi, pengambilan vidio saat hujan, terlihat air mengalir dari atap rumahnya.
Mazdar bersama komunitasnya sering melakukan kegiatan sosial, ia berencana memberikan bantuan kepada Mbah Dimyati. Selain ketua BB, ia juga ketua Solidaritas Admin Jember (SAJ) yang terdiri dari berbagai kemunitas seluruh kecamatan se-Jember. Vidio Kondisi Mbah Dimyati diperoleh Mazdar dari temannya--Ketua Laskar Segoro Kidul--Parto.
Saya, Mazdar dan Parto sehabis sholat Isya' menuju rumah Mbah Dimyati. Sebelum ke rumah Mbah Dimyati, kami lebih dulu bertamu ke rumah ponakannya--Toha. Kami berbincang-bincang sebentar seputar kehidupan Mbah Dimyati, terus kemudian langsung ke rumah Mbah Dimyati yang berada di belakang rumahnya.
Kami melewat samping rumah Toha yang gelap dan tepat di belakang rumah Toha, saya melihat bangunan kumuh dengan pintu terbuka, terlihat televisi berukuran kecil sedang menyala. "Itu rumahnya," kata Parto sambil mengangkat tangannya menunjuk. Sampai depan pintu, kami memberikan salam, Mbah Dimyati menjawabnya, dia sedang duduk depan televisi mengenakan kaos dalam.
Pertama, perhatian saya bukan kepada sosok Mbah Dimyati. Tapi, sesajen yang diletakkan di atas meja dengan lilin yang menyala, bau kembang begitu menyengat, seketika bulu kuduk berdiri, seolah ada sesuatu yan aneh di rumah Mbah Dimyati. Setelah bersalaman, saya duduk tepat di depan sesajen dan ketika menatap wajah Mbah Dimyati yang sudah tua dengan rambut panjang diikat--seperti dalam film horor--menakutkan.
Kami berbincang-bincang dengan Mbah Dimyati soal kehidupannya selama ini. Kata dia, di usianya yang sudah renta hanya bisa menerima dengan keadaan, dengan bersabar ujar Mbah Dimyati, dapat menenangkan hatinya, meski kondisinya yang serba kekurangan. Meski demikian, Mbah Dimyati mengaku tidak pernah sakit-sakitan setelah beberapa tahun silam ditemui makhluk ghaib mengenakan pakaian putih.
Mbah Dimyati oleh segelintir orang dianggap sebagai orang pintar, dia mengaku ada saja yang meminta petunjuk kepadanya, tamunya paling jauh dari Mojokerto. Rata-rata persoalan mereka seputar rumah tangga, selingkuhan maupun hendak menikah lagi, ada juga yang hendak bekerja di luar negeri. Hidup serba kekurangan memaksa Mbah Dimyati terbiasa tirakat, bisa makan enak saat mendapat kiriman nasi berkat dari tetangga.
Di usianya yang menginjak 65 tahunan, Mbah Dimyati belum pernah menikah. Mungkin, karena pilihan hidupnya untuk menjadi laki-laki setengah perempuan (waria), oleh karenanya Mbah Dimyati mengangkat anak bernama Patekul, sekarang sudah berkeluarga dan hidup bersama istri dan anaknya. Mengunjungi Mbah Dimyati hanya untuk meminta uang.
Menurut Toha, ponakan Mbah Dimyati. Pamannya tersebut enggan diberi perhatian, dirinya serba salah, diperhatikan Mbah Dimyati menolak sementara bila tidak diperhatikan, para tetangga menilainya saudara yang tidak perhatian. Rumah Mbah Dimyati dan rumah Toha memang sangat kontras, saat melihat tempat tidur Mbah Dimyati, hanya sebuah kursi yang sudah rusak dan penuh dengan kotoran ayam.
Maklum, Mbah Dimyati sendiri sepertinya terbiasa hidup dengan seekor ayam, di tempat tidurnya bau menyengat seperti sedang berada di kandang ayam, lantainya yang dari tanah juga agak becek setelah hujan, tembok rumahnya sudah jebol dan ada sebuah kamar yang sudah ditumbuhi rumput liar. Meski demikian, Mbah Dimyati mengaku belum pernah menerima bantuan pemerintah namun dia menyadari sebab selama ini tidak memiliki KK maupun KTP.
#Ambulu #Jember #Potret #Kemiskinan #MbahDimyati