Saya dan tim sebelum naik ke Kapal |
"I think Indonesia so dirty, many people take wash in the river,"
Meski demikian, apa yang disampaikan turis itu adalah fakta. Dan, justru itu yang menjadikan Indonesia lebih menyenangkan. Bagi saya, ini ciri khas Indonesia banget.
Seperti malam ini, saya dan teman-teman satu tim hendak ke Nusa Tenggara Barat (NTB). Rencana semula berangkat dari Jember naik Kereta jam 00.00 dan sampai pelabuhan Ketapang istirahat sebentar, kemudian berangkat pukul 06.00 pagi.
Sialnya, sampai Ketapang, informasi di internet tidak valid. Kapal yang hendak kami naiki tidak berangkat pukul 06.00 pagi, diundur jam 18.00 sore. Bila kami harus menunggu, maka dapat dipastikan jadwal yang sudah tersusun bakal berantakan.
Beruntungnya, Pelindo sejak 5 Bulan lalu, mengoperasikan kapalnya untuk penumpang menuju NTB. Tapi, lagi-lagi kami bernasib sial, semua loket pembelian tiket sudah tutup dan belum menjual tiket via online.
Santai, kami tetap santai sebab di Indonesia semua bisa di komunikasikan. Oleh orang-orang yang biasa nongkrong di pelabuhan, kami dihubungkan dengan Pak RT, entah apakah dia Pak RT beneran apa bukan, tapi mereka memanggilnya Pak RT.
"Bayarnya di sini mas," kata Pak RT itu, teman saya kemudian menghampirinya, memberikan sejumlah uang kepadanya. Tentunya, harga sudah tidak seperti biasanya, agak mahal sedikit untuk ongkos lewat belakang. Setelah membayar, kami diantar ke kapal, tanpa membawa tiket, bahasa kerennya penumpang gelap.
Sebenarnya, hal seperti ini sudah biasa, dulu ketika masih SMA, naik kereta dari Stasiun Jember ke Stasiun Kalibaru Banyuwangi tanpa perlu membayar. Bila ada petugas ngumpet di toilet, namun PT KAI sudah berbenah semakin baik sejak beberapa tahun belakangan.
Sudah tidak ada lagi musisi jalanan, penjual kopi dan penjual majalah yang tanggalnya sudah lama itu. Kini, kereta kelas ekonomi pun sudah ber AC dan bersih meski tiketnya lebih mahal, sudah bukan lagi menjadi angkutan umum yang pas untuk kalangan bawah.